



Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut, “Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.
Terlewati masa demi masa menjajaki hari demi hari, Mengingat dengan menggali kenangan demi kenangan masa lalu. Ternyata Masa dewasa telah datang dengan mempelajari waktu demi waktu sepenggal masa lalu dari ajaran abjad diawali dari A sampai kelak di akhiri dengan huru Z . Meraih mimpi yang tidak pernah di dapatkan sewaktu masih kecil yang kuanggap masih sebagai malaikat kecil diistana yang namanya keluarga ,aku sang anak kecil yang penuh dengan mimpi yang susah kuraih dan di ambil dengan kata Itu....!! yang bahkan dengan logika seakan tidak tercapai bingkai dengan kerangka angan dan harapan, namun semua terpatahkan dengan kemapuan alam dan sedikit keinginan yang kuat dari dalam jiwa, mimpi kecilku sudah terjawab satu demi satu, walaupun terkadang apa yang tidak pernah ku harapkan dalam mimpipun terpenuhi dalam rentang alam sadar.
Yah..... menjadi musafir dari pijakan bumi ke tanah yang tak bertuah dan semua telah terjamah dalam rutinitas tanpa ada dalam alam mimpi, berjalan dan terus saja berjalan entah akan berakhir sebatas tanda koma dan semoga tidak sampai pada tanda titik, karena mimpiku belum seluruhnya tejawab oleh alam.
Ketika ku bercermin dari jiwa ku, bayang raga selalu membayangi dengan tanpa pamrih karena hukum alam mengajarkan bayanganku untuk tetap setia pada raga dan menjadi sahabat sampai kelak di pisahkan dalam alam kelam dengan ditanamnya diri ke tanah asal mu asal.
Berawal dari seleksi alam dan menjadi petarung di kerajaan bumi ku berpijar, seleksi itu ku lewati dengan keyakinan bahwa aku adalah kesatria yang entah akan mati berkali kali atau bahkan tak pernah mati dengan hunusan pedang lawan, sebab aku ingin meraih mimpi kecilku.
“Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu - kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit”
Ternyata Alam adalah tuhan semua raga dan jiwa dia menciptakan aku dari isi alam atas nama cinta dari keturunan adam dan hawa bukan atas nama keinginan tapi dari mimpi mereka, jiwa takala ingin menerima menghantam kisah dalam mengukir sejarah aku telah menjadi aku .
Itulah anak-anak cinta, Buah dari perjuangan, Akibat dari kebebasan, Tiga manifestasi Tuhan, Dan Tuhan adalah ungkapan dari alam yang bijaksana. Alam biarkan aku berkelana dengan kepastian mimpi biarkan aku menjadi kesatria seperti kesatria dijaman kerajaan Bani Umaiyyah yang kuat adalah kesatria meluluh lantakan kerajaan musuh walaupun kerajaan itu bukan dari kariya cinta, biarkanlah musnah dalam kenangan mereka dan aku terukir dalam kegagalan mereka.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga.