Latar Belakang Sejarah
Monumen murtala di Parengki Kec. SuppaRombongan Murtala berangkat dari Parengki-Suppa menuju ke markas BPRI-Suppa untuk menemui Andi Selle dan Ambo Siradje. Sementara isteri Murtala karena masih pusing sehingga masih tinggal di Parengki dan dititipkan pada rakyat, yaitu di rumah La Deleng. Oleh Komandan kelompok pasukan ekspedisi TRIPS Letnan Abdul Latif, memerintahkan agar pasukan ekspedisi TRIPS yang dipimpin oleh Letnan Murtala dan Letnan M. Said, segera menyusul ke tempat konsolidasi pasukan TRIPS di Paladange-Suppa bersama induk pasukan untuk menghindari serangan KNIL/KL, karena pos penjagaannya tidak jauh jaraknya dari lokasi tempat pendaratan pasukan ekspedisi, yaitu di Jampue.
karena sikap keras kepala dari pada Letnan Murtala mempengaruhi dan menyatakan bahwa kita ke Sulawesi Selatan adalah ditugaskan untuk bertempur melawan Belanda, dan kenapa harus menyingkir menghadapi musuh (Betanda). Dengan sikap yang demikian itulah maka Letnan Murtala memutuskan untuk bermalam di Parengki-Suppa dan keesokan harinya sekitar jam 05.00 subuh barulah meneruskan perjalanan, akan tetapi dalam perjalanan pagi-pagi buta itu, pasukan KNIL/KL telah mengepung dengan ketat lokasi dari pada pasukan ekspedisi TRIPS di bawah pimpinan Letnan Murtala. Oteh karena itu pecahlah pertempuran sengit dari pagi-pagi buta sekitar jam 05.00 sampai dengan jam 17.00 yang menyebabkan gugurnya seluruh pasukan Letnan Murtala dengan gagah perkasa sebagai kusuma bangsa dengan penuh keberanian, pantang menyerah kepada musuh.
Uraian Tentang MonumenMonumen pertempuran Letnan Satu M. Said dan Letnan Muda Murtala bersama pasukan ekspedisi TRIPS tersebut, terletak di Parengki Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan.
Bangunan monumen pertempuran ekspedisi TRIPS yang dipimpin Letnan Satu M. Said dan Letnan Muda Murtala tersebut, berbentuk prasasti dengan tinggi sekitar satu meter dan ukuran samping kiri/ kanan depan/belakang sekitar satu meter, di mana pada bagian atas yang agak miring terdapat tulisan yang bunyinya sebagai berikut :
Patut Dikenang Oleh Generasi Penerus
Untuk Hari Esok Yang Lebih Cerah Dart Pada Hart Ini.
Jiwa dan Raga Kami Persembahkan Kepadamu Ibu Pertiwi
Di tempat inilah pada tahun 1946 terjadi pertempuran yang maha dahsyat dipimpin oleh Letan Satu M. Said dan Letnan Muda Murtala dengan tentara Belanda (KNIL). Tertembak mati 35 orang, sedang di pihak TRI gugur 19 orang bersama awak perahu, termasuk :
1. Letnan satu M. Said
2. Letnan Muda Murtala
Dimasukkan dalam sumur tua tempat tonggak sejarah ini berdiri disaksikan oleh :
1. Parappuang
2. M. Dahlan
3. Sahabu
" Kenang, kenanglah kami "
Parengki, 10 November 1978
Ketua BPPD Sulawesi Selatan
(Badan Pembina Pahlawan Daerah)
Ttd
(Andi Oddang)
Monumen Pendaratan Ekspedisi TRIPS Letnan Abdul Latief di parengki SUPPA
|
Latar Belakang Sejarah Kelompok pasukan ekspedisi TRIPS yang dipimpin oleh Abdul Latief ini terdiri dari sekitar 20 Orang, pasukan ini diberangkatkan dari Situbondo Jawa Timur dengan sebuah perahu layar dalam bulan oktober 1946, dengan penyamaran sebagai pedagang akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di parangki-Barandasi-Suppa., kelompok ini membawa senjata lengkap yang terdiri dari : 1 Mortir (teki-danto) buatan Yogyakarta, 3 pistol, 7 Karabyn 9.5 mm, Owegun, 1 Stegun buatan yogyakarta, dan beberapa lusin peluru organic. Setelah pasukan ekspedisi mendarat dijemput oleh pasukan BPRI-Suppa yang kemudian meneruskan perjalanan ke Markas BPRI-Suppa, Namun karena sakit disentri abdul Latief dibawa ke Makassar untuk mendapatkan pengobatan, tetapi ketika hendak memasuki makassar ia ditangkap oleh pasukan KNIL/westerling ia bersama dua orang pengawal yang ditembak mati saat itu juga, berbekal bahasa belanda Abdul Latief kemudian dibawa untuk menghadap Kapten Wasterling untuk di periksa agar dapat diperlakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan perang Konvensi Genewa.

Monumen Pendaratan Ekspedisi TRIPS VII Mayor M. Saleh Lahade dan Letnan Andi
| Ekspedisi Pasukan Komando yang pertama dipimpin Mayor Andi Mattalatta berhasil mendarat dengan selamat di Barru pada tanggal 27 Desember 1946. Pasukan ekspedisi pasukan Komando berikutnya dipimpin oleh Kapten Andi Sarifin berhasil mendarat di Wiringtasi/Soppeng Riaja/Barru. Namun, seminggu setelah pendaratan, pasukan ekspedisi ini tertibat dalam pertempuran di SatossoE dcngan pasukan KNIL/Betanda. Pada pertempuran tersebut, pimpinan pasukan Kapten Andi Arifin gugur sebagai kusuma bangsa, sehingga pimpinan pasukan beralih kepada wakil pimpinan, yaitu Letnan Andi Sapada. Pasukan ekspedisi Komando yang terakhir dipimpin oleh Mayor M. Saleh Lahade dengan staf yang terdiri atas Lettu Andi Oddang, Letnan Sukarno, Letda Dg. Gassing dan Kopral Pasarai dengan anggota pasukan sebanyak 17 orang. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Suppa, dan bergabung dengan pimpinan kelaskaran BPRI-Suppa, di antaranya : Andi Selle, Ambo Siradje, Ambo Bunga, Andi Paramajeng, Yusuf Rasul, dan Puang Toreang.  Kemudian, Mayor M. Saleh Lahade berusaha untuk menemui Mayor Andi Mattalatta yang pada waktu itu berada di Paccekke Barru. Usaha untuk menjalin hubungan dengan pimpinan-pimpinan pasukan ekspedisi akhirnya terwujud dalam pertemuan antara pimpinan pasukan, Andi Mattalatta, M. Saleh Lahade dan Andi Sapada di desa Baruga. Dalam pertemuan ini disepakati untuk melaksanakan pertemuan dengan pimpinan-pimpinan kelaskaran di Paccekke pada tanggal 18 Januari 1947. Pemilihan Paccekke sebagai tempat pertemuan antara pimpinan-pimpinan ekspedisi pasukan Komando TRIPS dan pimpinan-pimpinan kelaskaran yang ada di Sulawesi Selatan adalah karena letaknya yang dipandang akan cukup sulit dijangkau tentara Belanda. Paccekke terletak di Wilayah kecamatan Soppeng Riaja-Barru, dengan jarak sekitar 15 km ke arah timur pada jalan poros antara Makassar ke Pare-Pare. Pertemuan itu akhirnya dapat juga terwujud walaupun usaha pimpinan-pimpinan pasukan mendapat rintangan dan tantangan dari tentara Belanda. Pertemuan yang semula direncanakan pada tanggal 18 Januari 1947 itu baru dapat terse(enggarakan pada 20 Januari 1947 dan berlangsung selarna dua han. Pertemuan ini kemudian lebih dikenal dengan Konferensi Paccekke. Konferensi Paccekke dihadiri oleh pimpinan-pimpinan kelaskaran yang mewakili kurang lebih 10 kelaskaran. Pada tanggal 21 Januari 1947, Andi Mattalatta dan M. Saleh Lahade berhasil membentuk TRI Divisi Hasanuddin, sesuai dengan tugas dan wewenang yang diberikan oleh Panglima Besar Sudirman. Oteh karena itu tokoh yang dipilih dan disetujui untuk menjadi Panglima TRI Divisi Hasanuddin, Andi Abdutlah Bau Massepe, telah ditangkap oleh Belanda, maka staf sementara TRI Divisi Hasanuddin berada di bawah pimpinan Mayor Andi Mattalatta dengan M. Saleh Lahade sebagai kepala staf. Staf TRI Divisi Hasanuddin ini dibagi ke dalam empat seksi yang masing-masing secara berurutan dipimpin oleh : Kapten Muhammad Syah, Kapten Maulwi Saelan, Kapten Andi Sapada dan kapten Andi Oddang. Namun dalam perkembangan kemudian, karena keadaan mereka semakin terdesak dan kekurangan perlengkapan perang seri, semakin gencarnya operasi militer Belanda, sehingga pihak pejuang! akhirnya memilih untuk kembali ke Jawa dan melanjutkau perjuangan di Jawa. Pada butan April 1947, Andi Selle,Andi Oddann" dan ketompoknya menyeberang ke jawa. Disusul kemidian dengan rombongan M. Sated Lahade pada bulan Mel 1947, rombongan Achmad Lamo dkk., pada bulan Juni 1947, romoongan Andi Mattalatta dkk., pada bulan Agustus 1947, dan lain-iainnya. Dan perkiraan 1000 oranq pasukan yang diberangkatkan sebagai anggota pasukan ekspedisi TRIPS ke Sulawesi Selatan, hanya sekitar 100 orang anggota pasukan yang berhasil melotoskan din kembali ke Jawa untuk melanjutkan perjuangan Uraian Tentang Monumen Monumen Pendaratan Ekspedisi TRIPS yang dipimpinoleh Mayor M. Saleh Lahade dan Letnan Andi Oddang tersebut, terletak di Sabbangparu Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan. Monumen Pendaratan Ekspedisi TRIPS tersebut berbentuk prasasti dengan tinggi sekitar satu meter lebih, dan ukuran samping kiri/kanan depan/belakang sekitar satu meter, dimana pada bagian atas agak miring sedikit terdapat pada tulisan yang berbunyi sebagai berikut : EKSPEDISI TRI PERSIAPAN SULAWESI Dengan Tekad MERDEKA atau MATI Di tempat inilah pada bulan Desember 1946 mendarat Ekspedisi TRI Persiapan Sulawesi. Antara lain : 1. Mayor Saleh Lahade 2. Letnan Andi Oddang 3. Letnan Soekarno 4. Prajurit Pasarai Disaksikan Oleh : 1. M. Dahlan 2. I. Sidi "ESA HILANG DUA TERBILANG" Sabbangparu, 10 Desember 1978 KETUA BPPD SULAWESI SELATAN (BADAN PEMBINA PAHLAWAN DAERAH) Ttd. (Andi Oddang) |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar